Tidak lagi bersamamu, tari hujan kusaksikan
bersama sisa-sisa puisi, gigil malam kulewati
pada kelopak dedaunan, retak sajak kugubah menjadi isak
rindu menghabisiku, rindu menghabisiku
Masih bisa kuingat, napasmu jatuh dibahuku
aku menghimpunnya sebagai kata-kata
tak ada waktu untuk berbicara
(kita selalu merasa, cinta tak butuh riuh suara)
Angin atau entah apa, merenggut erat pelukan
jejakmu tertinggal dibebatuan, kutangisi diam-diam
dalam senyap berpuluh malam, mulai aku memahat kenang
Aku cemburu, pada biru langit itu
bulan perak ditubuhnya, tak pernah mau beranjak
nyeri sepi memaksaku untuk mengerti
betapa sunyi taman ini
Tidak lagi kepadamu, sisa luka kusandarkan.
Senyap-senyap matahari menyusup ke batin alam
membelah dada angin ..subuh pun menyingkap jendela.
setelah menyajikan lembut pagi...
aku pun mula diam..meratah mimpi sendiri.
menghirup duka serpihan pedih kelmarin..
kulihat malam ,merayap ke bibir siang..
menyambut cahaya..sinar mentari..meninggalkan .
ributnya anak manusia..di kegelapan malam
siang memuntahkan warna indah yang abadi..
tapi aku masih terdiam...bertamu resah..dan kuizinkan sedih menjadi kekasih!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar